
Penulis : Muhammad Farhan Maulana (Tenaga Ahli Peliputan)
Sumber : NFA RI
Editor : Zainul Effendi Joesoef (Pranata Humas Ahli Muda)
Kepala Biro Perencanaan, Kerja Sama, dan Humas Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Budi Waryanto menegaskan pentingnya swasembada pangan sebagai langkah strategis untuk menjawab tantangan ketahanan pangan nasional di tengah gejolak perubahan iklim dan fluktuasi harga pangan. Hal itu disampaikan dalam forum diskusi publik yang digelar oleh Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI). Event tersebut berlangsung di Jakarta pada hari Rabu, 18 Juni 2025.
Disampaikan bahwa NFA telah memetakan sejumlah tantangan dan peluang strategis dalam sektor pangan. “Dalam Asta Cita, Badan Pangan Nasional mendukung swasembada pangan untuk mendorong kemandirian bangsa. Tantangan seperti harga pangan yang beragam antarwilayah, khususnya di Papua, menjadi perhatian kami melalui indikator koefisien variasi," ungkapnya.
Disoroti juga dampak dari perubahan iklim yang kini semakin tidak terprediksi. “Musim kemarau yang masih diselingi hujan menyebabkan ketidakpastian masa tanam. Ini menjadi tantangan serius, terutama dengan kondisi geografis Indonesia yang beragam,” ujarnya.
Selain itu, volatilitas inflasi pangan juga menjadi fokus perhatian NFA. Tidak seperti harga yang dikendalikan Pemerintah seperti BBM, harga pangan lebih rentan terhadap gejolak pasar. Oleh karena itu NFA menggencarkan upaya pengendalian inflasi pangan secara kolaboratif lintas sektor.
Isu lain yang diangkat adalah masih minimnya pemanfaatan teknologi pascapanen. “Teknologi pembekuan ekstrem dapat memperpanjang usia simpan pangan hingga 6 bulan dengan kehilangan gizi yang minimal. “Kita harus mulai meninggalkan praktik membuang pangan karena lewat masa segar,” tambahnya.
Ditegaskan bahwa NFA juga aktif dalam gerakan pengurangan food loss and waste (FLW). Langkah yang dilakukanadalah dengan mendorong hadirnya regulasi seperti Perpres atau UU sebagai dasar hukum pengelolaan sisa dan susut pangan. "Pengurangan FLW bisa menurunkan emisi karbon hingga 4% dan menyelamatkan ratusan juta orang dari kekurangan gizi, seperti dilaporkan OECD-FAO," ujarnya.
Direktur SDM dan Umum Perum Bulog Sudarsono Hardjosoekarto yang turut hadir dalam diskusi tersebut, menegaskan pentingnya dampak ekonomi dari swasembada pangan yang bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan. “Negara seperti India bisa memberi makan gratis kepada lebih dari 800 juta orang setiap bulan. Indonesia harus bisa lebih dari itu. Dengan produksi beras 3 juta ton saja, uang yang beredar mencapai Rp 36 triliun. Ini menunjukkan adanya multiplier effect yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi nasional,”ujarnya.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi juga menegaskan bahwa keberhasilan swasembada harus dijaga keberlanjutannya. “Fokus kami adalah produksi dalam negeri. Presiden RI menekankan agar keberhasilan di semester pertama ini bisa dijaga hingga akhir tahun. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan, baik El Nino maupun La Nina. Stok CPP adalah benteng terakhir ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Dengan serangkaian strategi dan kolaborasi yang terus dikembangkan, NFA berharap dapat membawa Indonesia menuju ketahanan dan kemandirian pangan yang kokoh dan berkelanjutan.
#kemandirianpangan #ketahananpangannasional #badanpangannasional #inflasipangan #cadanganpangan #ekonomisirkular #pengendalianinflasi #lawankrisispangan #tkemandirianpangan #kemandirianbangsa #amanpangantangguhbangsa #ekonominasional