Penulis : Abdilah Amin (Tenaga Ahli Media)
Fotografer : Istimewa
Editor : Zainul Effendi Joesoef (Pranata Humas Ahli Muda)
Peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga akan dibuka hari ini. Peringatan mengenang perlawanan rakyat pada peristiwa Agresi I tahun 1947 dengan tema “Pahlawanku Adalah Inspirasi Idamanku” berlangsung 25 Januari hingga 1 Febuari 2025 di halaman Gedung Sandisa di Kecamatan Sangasanga. Dalam peringatan tersebut akan digelar kegiatan doa bersama, Gowes Merah Putih Tenggarong – Sangasang, bola volley cup, lomba perahu ketinting, napak tilas Perjuangan Merah Putih Sangasanga, Expo Pembangunan dan UMKM, upacara peringatan Peristiwa Merah Putih, ziarah dan tabur bunga, hiburan rakyat, senam Merah Putih, dan pembagaian doorprize, serta Trail Tranksang 5 Sangasanga. Kegiatan akan ditutup dengan penampilan band lokal dan Nasional seperti Guyon Wathon, Kiki Bintang Pantura, DJ Pehol, Hipenska, Chera Band, Rock In 99, dan The Eggman.
Baca juga : DKP Provinsi Kalimantan Timur Fasilitasi Legalitas dan Bantuan Untuk Nelayan Muara Jawa
Peristiwa Sangasanga sendiri merupakan peristiwa perjuangan masyarakat Indonesia khususnya Kecamatan Sangasanga dan sekitar wilayah Kutai dalam peristiwa Agresi I tahun 1947 dengan mendaratnya pasukan Australia sebagai perwakilan pasukan sekutu. Dengan dalih bertugas melucuti, menawan, dan memulangkan tantara Jepang serta bertanggung jawab dalam menjaga ketertiban di Sangasanga, ternyata disusupi 2 Perwira NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Perwira Belanda tersebut bertugas mengumpulkan tantara KNIL (Koninklijke Netherlands Indische Leger).
Pada awalnya masyarakat Sangasanga yang tergabung dalam Badan Penolong Perantau Djawa (BPPD) dan sekutu dapat bekerjasa dengan baik. Mereka diperbolehkan menggunakan atribut Merah Putih dan mengibarkan bendera Merah Putih. Namun pada 17 Desember 1947, tentara Sekutu ditarik dan diganti oleh tentara NICA Belanda. Hadirnya NICA menimbulkan kecurigaan rakyat dan suasana di Sangasanga pun berubah. Tentara NICA melarang pemakaian lencana Merah Putih dan pengibaran bendera Merah Putih, dan melarang kegiatan yang berkaitan dengan kemerdekaan dan kebebasan masyarakat Indonesia di Sangasanga.
Pada puncaknya Barisan Pembela Rakyat Indonesia (BPRI) yang ada di Sangasanga mulai melakukan perlawana. dengan melakukan tindakan sabotase, pembakaran penampungan minyak mentah seluas sekitar 15 Ha, pencurian senjata oleh pejuang-pejuang yang merupakan karyawan perusahaan, dan pembakaran tongkang sebanyak 202 buah.
Para Pejuang Merah Putih terus merencanakan perlawanan terhadap penjajah, namun sering gagal karena para penajajah mengetahui rencana para pejuang. Walaupun gagal, para Pejuang tidak mudah menyerah begitu saja. Mereka kembali mengatur strategi penyerangan dengan meminta bantuan pejuang yang berada di Balikpapan. Pada tanggal 27 Januari 1947 melalu telepon oleh Jais dan Ahmadun ke Balikpapan melalui Samboja, direncanakan agar semua pejuang mengetahui keadaan dan rencana di Sangasanga. Dalam pembicaraan tersebut pejuang Balikpapan siap membantu sepenuhnya. Namun pembicaraan melalui telepon tersebut berhasil disadap dan didengar oleh penjajah, dan mereka melakukan penangkapan terhadap pimpinan BPRI.
Perlawanan terus dilakukan oleh para Pejuang Sangasanga yang dibantu oleh pejuang Balikpapan dan Samarinda. Tepat pada pukul 05.00 WITA, bendera Merah Putih berkibar, keadaan Sanga-Sanga menjadi ramai dan rakyat dapat merasakan kebebasan dan terlepas dari tekanan bangsa Penjajah. Para Pejuang pun terus melanjutkan aksinya dengan mencari dan menangkap orang-orang Belanda.
Baca juga : Pokdarwis Ambalat Kecamatan Samboja Selenggarakan Ambalat Festival 2025
Para pejuang masih melakukan penjagaan di pos masing-masing dan akan siap melakukan perlawanan dalam mempertahankan Sangasanga yang sudah berhasil direbut. Tetapi, pada tanggal 29 Januari 1947 para pejuang mendapat serangan musuh dari berbagai arah sehingga pertempuran terjadi antara pasukan Belanda dan Pejuang Merah Putih. Pada tanggal 30 Januari 1947 pertempuran semakin berkobar. Banyak Pejuang dan rakyat menjadi korban. Dari situasi yang tidak seimbang tersebut, para Pejuang Merah Putih melakukan strategi mundur dan bergabung dengan pasukan lain dan sebagian bersembunyi di dalam hutan.
Untuk mengelabui para pejuang yang bersembunyui di dalam hutan, pasukan Belanda menaikkan Bendera Merah Putih di atas kapal yang bergerak menuju Muara Sangasanga. Banyak Pejuang Merah Putih mengira kapal berbendera Indonesia tersebut adalah kapal bantuan. Munculnya para Pejuang dari dalam hutan tersebut disambut tembakan pasukan Belanda yang mengakibatkan banyak korban jiwa.
Peristiwa Sangasanga adalah perjuangan heroik para pejuang Merah Putih yang akan turus dikenang masyarakat Kutai dan masayarakat Kalimantan Timur. Para Pejuang Merah Putih yang gugur dalam pertempuran Sangasanga adalah para pahlawan yang ingin bangsanya merdeka dan mandiri dalam mengelola negara dan kekayaan alamnya agar rakyat dapat hidup sejahtera. Peringatan Peristiwa Sangasanga harus menjadi penyemangat bagi kita semua untuk mengisi kemerdekaan dalam berbagai keahlian, kemampuan, dan berbagai potensi, serta profesi yang kita miliki.
Mari kita tundukkan kepala sejenak untuk mendoakan para Pejuang Merah Putih dan Rakyat Indonesia yang digugur dalam pertempuran di Sangasanga. Dari pengorbanan harta, jiwa, dan raga para pahlawan, kita merasakan manisnya kemerdekaan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan menghargai jasa pahlawannya. Merdeka !
Baca juga : Disdikbud Kukar Tanggapi Aturan Libur Sekolah Selama Ramadan
#peristiwamerahputihsangasanga #27januari #agresi1 #pasukansekutu
#pasukanaustralia #pasukanbelanda #bpri #nica