Penulis/ilustrasi: Muhammad Firza Akbar (Tenaga Ahli Peliputan)
Editor: Zainul Effendi Joesoef (Pranata Humas Ahli Muda)
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) terus memperkuat langkah percepatan penurunan stunting melalui pendekatan aksi konvergensi yang berkelanjutan dan inovatif sepanjang tahun 2024. Dengan cakupan wilayah seluas 27.263,10 km² dan populasi mencapai 788 ribu jiwa, tantangan penanganan stunting di Kukar menuntut sinergi multisektor dari tingkat Desa hingga Kabupaten.
Berdasarkan hasil analisis situasi, sejumlah Desa dan Kelurahan di Kukar masih menghadapi hambatan signifikan, seperti rendahnya pemantauan pertumbuhan balita, capaian ASI eksklusif yang belum optimal, serta akses air minum yang belum merata. Merespons hal ini, Pemkab Kukar menetapkan 41 Desa/Kelurahan sebagai lokus intervensi stunting tahun 2024, serta menggencarkan penguatan pemantauan pertumbuhan melalui posyandu, fasilitas kesehatan, dan PAUD.
Seluruh Kecamatan di Kukar telah melaksanakan Rembuk Stunting tahun 2024 dalam bentuk minilokakarya. Rembuk juga telah dilaksanakan di 193 Desa (100%), sementara hingga Juli 2025, 140 Desa telah menyelenggarakan rembuk stunting lebih awal untuk menyongsong tahun mendatang.
Sebagai regulasi penguat, diterbitkan Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 41 Tahun 2024 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Perbup ini juga disertai dengan Surat Keputusan Pembentukan Tim Percepatan, Tim Jejaring Skrining Layak Hamil, serta penetapan Bantuan Keuangan Khusus bagi Desa.
Dari sisi pelaksanaan, aksi konvergensi turut didukung oleh kunjungan dokter spesialis anak dalam program SAPA SI KAKA yang menyasar 124 titik layanan di puskesmas, pusban, dan Desa terpencil. Program ini melibatkan 21 dokter spesialis anak dari RSUD dan IDAI Kaltim. Pada tahun 2025, program ini direncanakan hadir di 30 titik tambahan.
Dari data ePPGBM, tren prevalensi stunting di Kukar mengalami penurunan dari tahun 2022 hingga 2024. Meski demikian, masih terdapat 5 Kecamatan yang berada di atas ambang batas WHO (20%), termasuk Muara Wis, Muara Muntai, dan Kenohan yang secara konsisten mencatatkan angka tinggi selama 3 tahun terakhir.
Beragam upaya intervensi juga tercermin dalam peningkatan pengukuran antropometri anak yang melonjak 17,4 poin pada 2024. Perkembangan ini didorong oleh gerakan intervensi serentak yang dimulai pada bulan Juni dan mencakup 99,21% sasaran.
Peran dunia usaha, komunitas, dan perseorangan juga dilaksanakan dalam bentuk skema CSR, kontribusi berupa dana langsung, hingga hibah senilai Rp.571 juta. Kontribusi tersebut disalurkan untuk intervensi spesifik seperti pemberian makanan tambahan lokal, pembangunan jamban, hingga pemberdayaan kader.
Di level Kabupaten, berbagai inovasi terus dikembangkan, seperti Raga Pantas, Bakti Pantas, Rumah Bahagia, hingga program Pemberian Makanan Bergizi (PMB) Kukar Idaman yang menyasar 2.200 balita bermasalah gizi di 20 Kecamatan. Pemberian makanan ini dilakukan selama 58 hari (3 kali sehari) dengan pola kolaborasi puskesmas dan PKK, menggelontorkan anggaran sebesar Rp10 miliar.
Inovasi di tingkat Kecamatan pun tumbuh subur, seperti Pos Seger (Loa Janan), Alarm Rematri (Perangat), Kutimang Balitakuk (Marangkayu), hingga Penting (Handil Baru). Praktik baik puskesmas juga muncul lewat program seperti Rumah Cerdas (Sungai Merdeka), Pantun Padu (Muara Wis), dan Gempita Jelita (Loa Duri).
Seluruh gerakan ini diharapkan menjadi wujud komitmen Pemkab Kukar dalam mewujudkan generasi bebas stunting, sejalan dengan target Nasional untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024 dan terus berlanjut hingga tahun 2029.
#aksikonvergensikukar #cegahstunting #generasibebasstunting #kukarlawanstunting #stuntingturunkukarmaju #pmbkukaridaman #sapasikaka #baktipantas #rumahbahagia #giziseimbanguntukanak #inovasidesakukar #intervensiserentak #gerakanbersamacegahstunting #csruntukanakkukar #kukarsehat2024 #rembukstunting #kukartanpastunting #kukarmenujugenerasiemas