Penulis : Rizka Laeliana (Tenaga Ahli Peliputan)
Fotografer : Risyhal Ramadhani Simanjuntak & Muhammmad Firza Akbar (Tenaga Ahli Peliputan)
Editor : Zainul Effendi Joesoef (Pranata Humas Ahli Muda)
Museum Mulawarman di Tenggarong merupakan destinasi wisata yang ikonik di Kabupaten Kutai Kartanegara. Gedung ex istana Kesultanan Kutai Kartanegara yang terletak di Jalan Diponegoro Tenggarong tersebut sarat dengan nilai sejarah dan kini dikelola oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Museum tersebut menyimpan lebih dari 5.570 koleksi yang mencakup artefak bersejarah dan prasejarah dari abad ke-3 dan ke-4.
Benda prasejarah dan sejarah yang menjadi koleksi dalam Museum Mulawarman disusun sedemikian rupa di ruangan-ruangan khusus yang telah dibagi sesuai dengan kategorinya. Pada ruangan prasejarah terdapat artefak manusia purba dari goa karst di Kutai Timur. Pada ruangan kolonial terdapat koleksi senjata seperti meriam, pedang, pistol, dan koin, serta tanda pangkat dari era penjajahan. Pada ruangan diorama yang banyak menampilkan flora dan fauna khas Kalimantan Timur serta beberapa kisah masa lampau yang menggambarkan kisah Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti, pendiri Kerajaan Kutai.
Pada Museum Mulawarman juga terdapat gamelan dan topeng Cirebon. Koleksi ini memperkaya tradisi dan menunjukkan hubungan antarbudaya antara dua wilayah. Pada bagian depan pengunjung dapat melihat singgasana dan tempat tidur Sultan Kutai yang tampak megah. Pada ruang bawah tanah terdapat koleksi keramik berupa piring, mangkok, cangkir dan guci dari Cina dari beberapa dinasti dan keramik dari negara Eropa.
Baca juga : Sebanyak 102 Tenaga Ahli dan Tenaga Teknis Diskominfo Tandatangani NDA dan Ikuti Pembekalan
Edukator UPTD Museum Mulawarman Mangir Titiantoro menjelaskan koleksi unggulan dari Museum Mulawarman yang paling banyak menarik perhatian pengunjung adalah benda-benda peninggalan Kesultanan Kutai, salah satunya adalah replika ketopong, mahkota Sultan Kutai Kartanegara, serta perhiasan. Dijelaskannya bahwa beberapa koleksi di Museum Mulawarman juga masih digunakan dalam kegiatan tradisi Erau setiap tahunnya seperti kipas perak, bokor pucuk, sumbul perak, dan pedianan perak.
Disampaikannya bahwa Museum Mulawarman merupakan pusat edukasi dan budaya yang terbuka untuk masyarakat umum, dengan berbagai inovasi untuk meningkatkan pengalaman pengunjung. “Pada tahun 2025 Museum Mulawarman terus berbenah dengan memanfaatkan teknologi digitalisasi koleksi, pembaruan tata pamer, dan peningkatan fasilitas seperti ruang istirahat, tempat kuliner, serta fasilitas ramah disabilitas. Kami ingin memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengunjung dan menjadikan museum sebagai tempat pembelajaran yang menarik,” ucapnya.
Dijelaskannya bahwa Museum Mulawarman juga aktif di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Berbagai program seperti pameran keliling, Sekolah Masuk Museum, dan kolaborasi dengan museum lain di tingkat lokal maupun nasional juga digelar secara rutin. Dengan pelaksanaan program tersebut diharapkan dapat menumbuhkan minat generasi muda terhadap sejarah dan budaya lokal.
“Tantangan utama dalam pengelolaan Museum Mulawarman adalah mengubah pandangan masyarakat yang menganggap museum hanya sebagai tempat menyimpan barang kuno. Dengan segala macam upaya yang telah dilakukan, Museum Mulawarman berkomitmen untuk menjadi ruang pembelajaran yang dinamis melalui berbagai inovasi dan program edukasi. Dengan berbagai upaya ini, Museum Mulawarman bertekad menjadi pusat pelestarian sejarah dan budaya yang relevan bagi semua generasi,” tuturnya.
Baca juga : Tabligh Akbar Peringatan Isra Mi'raj, Bupati Kukar Ajak Warga Perkuat Iman dan Tingkatkan Kualitas Diri
Museum Mulawarman buka setiap hari dari pukul 09.00 WITA hingga 16.00 WITA dengan tiket masuk Rp5.000 untuk anak-anak dan Rp10.000 untuk dewasa. Diskon khusus pelajar hingga 50% juga ditawarkan untuk mendukung edukasi sejarah di kalangan siswa.
Baca juga : Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara Luncurkan Program Pojok Kreasi Rakyat
#museummulawarman #wisatatenggarong
#pemprovkaltim #sekolahmasukmuseum
#pelestariansejarahdanbudaya #budayalokal