Penulis/Fotografer : Abdilah Amin (Tenaga Ahli Media)
Editor : Zainul Effendi Joesoef (Pranata Humas Ahli Muda)
Seraong
merupakan penutup kepala atau topi khas masyarakat Kutai. Seraong
merupakan salah satu kekayaan dan warisan kultural yang unik dan indah.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kembang Janggut adalah sebuah kecamatan
yang terkenal sebagai produsen topi tradisional seraong.
Seraong
terbuat dari daun biru yang banyak ditemukan di Kawasan Kembang
Janggut. Daun biru dipilih karena memiliki karakteristik yang kuat,
lentur, dan tahan lama. Pembuatan seraong membutuhkan keahlian khusus
dari pemilihan daun, pengeringan, hingga tahap penganyaman.
Nurendah,
seorang pengrajin sudah hampir 30 tahun bekerja sebagai pengrajin manik
dan seraong di Kembang Janggut. Ibu Nurendah merupakan salah satu
pengrajin seraong yang menginisiasi seraong manik. Inspirasinya dari
baju Suku Dayak yang dihiasi manik-manik.
Dijelaskannya untuk
pembuatan topi seraong diperlukan bahan daun biru yang berbeda. "Bahan
yang diperlukan adalah daun biru rotan dan daun bengkuang untuk
labongnya (lingkaran kepala). Untuk membuatnya daun biru dikeringkan
selama 2 minggu. Setelah itu daun disetrika dan dihampar. Selanjutnya
daun ditindih dengan kardus selama 3 hari agar rapi. berikutnya daun
dirangkai menjadi seraong dan ditambahkan asesoris seperti manik dan
sebagainya,” jelasnya.
Dalam 1 hari Ibu Nurendah bisa
memproduksi 1 hingga 2 seraong, tergantung motif dan banyaknya pesanan.
Harga seraong mulai Rp. 250 ribu hingga Rp. 350 ribu tergantung ukuran
dan motifnya.
Dimasa
lalu seraong berfungsi sebagai pelindung kepala dari terik matahari dan
hujan saat bekerja di ladang. Namun kini, seraong telah berevolusi
menjadi lebih dari sekadar alat pelindung. Seraong kini menjadi simbol
identitas dan kebanggaan masyarakat lokal. Dan kini seraong pun bahkan
sudah dipesan para pelanggan dari Pulau Jawa.
Saat ini seraong
lebih menarik dengan hiasan manik dan berbagai motif serta warna yang
khas. Seraong pun dan menjelma menjadi karya seni yang indah. Setiap
motif pada seraong memiliki makna filosofis. Seraong pun muncul dalam
acara-acara adat dan upacara tradisional, juga dalam perlombaan pada
acara formal. Seraong pun kini muncul pada event MTQ antar kecamatan
yang berlangsung beberapa minggu lalu yang memperkuat identitas Kembang
Janggut. Saat berlangsung event yang mengharuskan ada perwakilan dari
Kecamatan Kembang Janggut, biasanya pesanan pun membludak.
Sayangnya,
kelangsungan seraong saat ini kurang menggembirakan. Salah satunya
adalah kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan
keterampilan membuat seraong. Selain itu adalah semakin maraknya
produk-produk topi modern.
Ibu Nurendah berharap generasi muda
Kutai dapat mempelajari keterampilan membuat seraong agar tak punah. Ibu
Nurendah pun mengembangkan penggunaan daun biru tak hanya untuk
seraong, tapi juga untuk tas, dompet, dan hiasan dinding. Diharapkannya
media Sosial dapat dimanfaatkan agar seraong dapat lebih dikenal oleh
masyarakat luas, baik di dalam maupun di luar daerah.
Seraong
adalah warisan budaya Kukar yang unik dan indah dari Kecamatan Kembang
Janggut di Kabupaten Kutai Kartanegara yang multikultur. Dalam faktanya
seraong manik memiliki potensi ekonomi yang besar. Para pengrajin
seraong di Kembang Janggut pun berharap stakeholders terkait dapat
memberikan perhatian yang lebih untuk pelestariannya. Keunikan,
keindahan dan nilai filososofi dan identitas kultur pada topi seraong
harus dijaga dan dikembangkan agar tetap relevan dengan perkembangan
jaman. Pelestariannya adalah tanggung jawab kita bersama.
