Penulis/Fotografer : Abdilah Amin (Tenaga Ahli Media)
Editor : Zainul Effendi Joesoef (Pranata Humas Ahli Muda)
Tim Pengabdian Masyarakat dari Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda (ITKES WHS) dari unsur dosen dan mahasiswa melaksanakan program penguatan literasi dan inklusivitas di lingkungan SDN 007 Tenggarong. Kegiatan tersebut dibuka oleh Kabid Pendidikan SD Ahmad Nurkhalish dan berlangsung di halaman SDN 007 Jalan Pesut Tenggarong pada hari Selasa, 8 Oktober 2024.
Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Rektor 1 ITKES WHS Chandra Sulistyorini, Kepala LPPM ITKES WHS Tuti Meihartati, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ITKES WHS Wahyu Dewi Sulistyarini, Kabid Pendidikan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar Akhmad Nurkhalish, Kepala Sekolah dan SDN 007 Supartiyem dan para guru, dan anggota Tim Penguatan Literasi Muhammad Rafli Aidillah, Chandra Sulistyorini, Siti Raudah, Rossa Prastika Sari, Maulidah, Sarifah Kumala Dewi, dan Rahmadian Shelanuary.
Dalam sambutannya Kabid Pendidikan SD Disdikbud Kukar Akhmad Nurkhalish menyampaikan, “Saatnya anak-anak kita libatkan dan kita berikan ruang dalam berekpresi.” Disampaikannya bahwa pihaknya menyambut baik terlaksananya kegiatan tersebut dan berharap tujuan kegiatan tersebut dapat tercapai sesuai harapan.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ITKES WHS Wahyu Dewi Sulistyarini menjelaskan bahwa kegiatan dengan tema "Penguatan Keterampilan Literasi dalam Mewujudkan iklim inklusivitas di Sekolah Dasar melalui Cerita Dongeng dan Sosiodrama" tersebut dinisiasi melalui hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. “Program pengabdian ini berfokus pada pengembangan literasi inklusif melalui media buku cerita dan sosiodrama,” ujarnya.
“Peningkatan literasi inklusifitas pada anak-anak memiliki dampak yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan secara sosial. Dalam mewujudkan iklim inklusifitas tersebut, perlu adanya pendidikan karakter bagi anak untuk meningkatkan rasa kepedulian, kerjasama, menghargai perbedaan dan empati terhadap sesamanya,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan dengan literasi inklusifitas tersebut, diharapkan anak-anak mampu mengembangkan sikap yang positif terhadap teman sebaya yang berbeda, termasuk perbedaan budaya, ras, agama dan kemampuan. “Dengan adanya pendidikan inklusif, memberikan kesempatan seluas-luanya kepada seluruh anak- anak spesial yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki kecerdasan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai kebutuhan dan kemampuannya,” tuturnya.
Dijelaskannya proses berlatih untuk kegiatan tersebut berlangsung selama 3 bulan. “Setelah buku cerita selesai disusun oleh tim, cerita-cerita tersebut diadaptasi ke dalam bentuk sosiodrama yang dimainkan oleh para siswa kelas 3 hingga kelas 6 SDN 007 Tenggarong dan mahasiswa di Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda. Puncak kegiatan ini adalah diadakannya Festival Anak,” jelasnya.
Dalam pelaksanaannya ditampilkan 2 buah cerita anak yang berjudul "Ulur Ular Nagana" dan "Siti Terbang Tinggi." Cerita "Ulur Ular Nagana" menekankan pentingnya kerja sama meskipun terdapat perbedaan di antara individu, sedangkan "Siti Terbang Tinggi" mengajarkan bahwa mereka tidak perlu merasa malu untuk terus maju dan meraih cita-cita meskipun menghadapi tantangan.
“Cerita-cerita tersebut diciptakan secara khusus oleh tim untuk mendukung nilai-nilai keberagaman dan kerja sama di antara siswa sekolah dasar dan lingkungan sekolah. Dengan pertunjukan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang mendalam kepada
para siswa dan seluruh pihak yang terlibat mengenai nilai-nilai inklusivitas, kerja sama, toleransi serta semangat keberanian untuk maju,” jabarnya.
Diharapkannya kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi para siswa. “Bukan hanya meningkatkan kemampuan literasi mereka, tetapi juga dapat menanamkan nilai-nilai penting seperti menghargai perbedaan dan bekerja sama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif dapat diwujudkan dengan cara-cara kreatif yang melibatkan cerita dan seni drama. Kami berharap hal ini dapat terus dikembangkan di sekolah-sekolah lainnya,” pungkasnya.